Powered By Blogger

Jam

upacara adat kasada

on Rabu, 17 Desember 2008

Yadna Kasada

Yadna Kasada adalah upacara keagamaan bagi masyarakat Hindu Tengger yang dilakukan pada malam ke-14 Bulan Kasada (tahun ini jatuh pada tanggal 15 September 2008) yang bertujuan untuk memohon agar masyarakat Tengger mendapat berkah dan diberi keselamatan oleh Sang Hyang Widi. Dalam upacara ini, masyarakat Tengger membawa sesaji berupa hasil pertanian, ternak, dsb yang kemudian dilemparkan ke kawah Gunung Bromo.

Upacara Kasada diawali dengan pengukuhan sesepuh Tengger dan pementasan sendratari Rara Anteng Jaka Seger di Desa Ngadisari. Tepat pada pukul 24.00 dini hari diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan umat di poten lautan pasir Gunung Bromo.

Legenda Asal Mula Upacara Kasada

Menurut legenda, asal muasal upacara Kasada terjadi pada masa Dinasti Brawijaya dari Kerajaan Majapahit. Sang Permaisuri dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Roro Anteng. Kemudian Roro Anteng dijodohkan dengan seorang pemuda dari kasta Brahmana bernama Joko Seger.

Saat kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, bersamaan dengan masuknya agama Islam di pulau Jawa, para punggawa dan kerabatnya pindah ke wilayah timur. Salah satunya di daerah pegunungan Tengger (sebuah daerah yang diambil dari gabungan nama Roro Anteng dan Joko Seger). Rara Anteng dan Joko Seger bermukim dan memerintah kawasan Tengger bergelar Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger (Penguasa Tengger Yang Budiman).

Masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun tidak dengan Roro Anteng dan Joko Seger. Mereka tak kunjung dikaruniai seorang putra. Atas dorongan yang memuncak untuk dikaruniai momongan, keduanya naik ke puncak Gunung Bromo, bersemedi di sana dan memohon kepada Sang Hyang Widi agar dikaruniai keturunan.

Semedi mereka terkabul dengan syarat anak bungsu mereka harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo. Pasangan Roro Anteng dan Joko Seger menyanggupinya dan kemudian didapatnya 25 orang putra dan putri (Sekedar penjelasan, nama putra dan putri mereka dikaitkan dengan tempat-tempat keramat yang ada di daerah Gunung Bromo).

Namun Roro Anteng dan Joko Seger ingkar. Sang Hyang Widi marah dan mengancam akan menimpakan mala petaka kepada mereka dan masayarakat Tengger. Keadaan kemudian menjadi gelap gulita, kawah Gunung Bromo menyemburkan api. Kesuma, anak bungsu Roro Anteng dan Joko Seger lenyap terjilat api dan masuk ke kawah Gunung Bromo. Bersamaan dengan hilangnya Kesuma, terdengarlah suara ghaib, “Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan kepada kalian semua, agar setiap bulan Kasada, pada hari ke-14, adakanlah sesaji kepada Hyang Widi di kawah Gunung Bromo ini.”

Kebiasaan inilah yang diikuti turun-temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten Lautan Pasir dan Kawah Gunung Bromo

Masyarakat Tengger

Sekelompok penduduk Jawa Timur yang bermukim di pegunungan Tengger terkenal dengan sebutan Suku Tengger. Orang Tengger yang hidup dari bercocok tanam sayur-sayuran, memiliki budaya yang khas, diyakini sebagai keturunan orang-orang Majapahit yang menyingkir saat Majapahit mengalami kemunduran bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di Jawa. Menganut agama Hindu. Namun menurut keputusan Parasada Hindu Darma, masyarakat Tengger memeluk agama Budha Mahayana karena mereka tidak memiliki candi-candi dalam melakukan upacara, namun peribadatan mereka dikalkan di poten, punden-punden atau danyang.

0 komentar:

Posting Komentar

Apa pendapat anda tentang Blog ini?